Rusdin a.k.a Guntur asal kep Wakatobi adalah 1 dari jutaan remaja yang sebagian besar tinggal di komunitas terpencil Indonesia dan mulai kesulitan memasuki usia produktif. Di mana kesempatan kesempatan kerja adalah hal yang sulit untuk di dapatkan karena keterbatasan pendidikan, budaya nepotisme yang kuat di komunitasnya serta kurangnya perhatian pada mereka, remaja seusia Rusdin. Rusdin yang terabaikan keberadaanya, yang potensinya tidak dianggap, seringkali harus berjuang sendirian.
Sementara di tahun 2017 – 2019 nanti, Indonesia dipastikan akan mendapatkan bonus demografi berupa ledakan anak muda usia produktif . Di tahun tersebut, jumlah usia produktif kita akan melebihi setengah dari jumlah penduduk usia non produktif. Berefleksi pada kehidupan Rusdin dan kawan kawannya di Wakatobi, Siapkah kita Indonesia menerima bonus ini?
Rusdin, also known as Guntur, was originally from Wakatobi island, one of the millions of youth who mostly lived in isolated communities in Indonesia and began difficult to enter productive age. Where employment opportunities were difficult to get because of the limitations in education, a strong culture of nepotism in the community as well as the lack of attention to the youth age like Rusdin. Rusdin whose existence was neglected, often had to struggle alone.
Meanwhile, for the next 2017 – 2019, Indonesia would come to the bonus form of demographic explosion of young productive age. In that year, the number of our productive age would exceed half of the amount of non-productive age population. Reflecting on Rusdin’s life and his friends in Wakatobi, is Indonesia ready to accept this bonus?